Skip to main content

Empat Tips Kepala Sekolah di Tengah Pandemi Corona


Dion Ginanto
                Dalam konsep organisasi, pemimpin adalah penentu utama keberhasilan dalam mencapai tujuan. Begitu juga pada dunia kependidikan. Maju atau tidaknya satuan pendidikan, bergantung pada kepala sekolah. Di pundak kepala sekolah, kenyaman dan ketertiban lingkungan sekolah akan terjaga. Di tangan Kepala Sekolah, birokrasi dan adminstrasi sekolah akan tertata. Di pundak mereka, komunikasi sekolah dan orangtua akan tercipta.  Di pundak Kepala Sekolah pula, guru dan siswa akan merasa terbina. Oleh karenanya, Kepala Sekolah harus berada di barisan terdepan dalam upaya mencerdaskan kehidupan Bangsa.
Termasuk di masa ketidakpastian akibat virus Corona, kepala sekolah memegang perana vital dalam memastikan perserta didik mendapat pendidikan dan pengajaran. Tidak sedikit guru yang meraba-raba tentang apa yang harus mereka lakukan, karena tidak mendapat petunjuk yang terarah dari pimpinannya. Tidak sedikit pula, orang tua yang mengeluh karena begitu menggunungnya tugas yang diberikan masing-masing guru. Banyak juga, siswa yang merasa jera, karena tak tahu harus berbuat apa. Fenomena ketidaksingkronan antara sekolah dan guru, guru dan siswa, serta sekolah dan orang tua, tidak lain dipengaruhi kurang efektifnya peran kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pengajaran. 
Di tengah virus Corona yang mensyaratkan siswa belajar dari rumah, Kepala sekolah harus muncul sebagai instructional leader. Instructional leader adalah fungsi kepala sekolah sebagai pimpinan dalam proses pengajaran. Sebagai instructional leader, kepala sekolah harus memahami konsep agility atau being agile. Being agile dapat diartikan bahwa kepala sekolah harus dapat belajar dengan cepat serta mampu beradaptasi pada kondisi yang berubaha secara cepat, sehingga mampu menularkan semangat beradapatasi pada perubahan pada guru, siswa, dan orangtua secara cepat dan akurat.
Perubahan secara cepat dan mendadak dari pengajaran offline ke online membutuhakan daya agility yang kuat. Untuk beberapa guru, siswa, dan orang tua yang tinggal di kota besar dan sudah terbiasa mengakses program bimbingan belajar online, tentu tidak begitu kaget. Namun, sebaian besarnya, pengajaran online tentu masih merupakan suatu hal yang asing. Belum lagi ketersediaan akses internet dan peralatan penunjang balajar daring yang belum merata. Tentu yang tak kalah penting adalah pemahaman tentang pemahaman konsep pengajaran online yang belum banyak diketehui baik guru, siswa, dan orangtua. Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi tips untuk kepala sekolah sebagai instructional leader.
Ada beberapa tips/peran yang dapat di lakukan Kepala Sekolah agar pengajaran Online selama masa Covid-19 dapat berhasil secara efektif.
1.       Berkoordinasi dan Berdiskusi dengan Guru
Tugas kepala sekolah dan guru adalah membuat perhitungan yang rinci dan akurat tentang sebaran materi yang harus dibahas selama pandemic Corona. Tentu dengan berpedoman pada rekomendasi BNPB (Badan Penanggulana Nasioal Bencana) tentang siwa libur hingga 29 Mei 2020; maka kepala sekolah harus mampu berdiskusi dan berkoordinasi agar seluruh materi dapat tercapai namun tidak membebani siswa hingga 29 Mei.
Kepala sekolah juga harus mampu menginspirasi guru agar mampu berkolaborasi antar mata pelajaran serumpun maupun non-serumpun, sehingga dapat memberikan bahasan yang tidak terlalu tinggi dan menumpuk.  Hal ini sejalan dengan prinsip kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yakni: “Ing Ngarsa Sungtulada” atau di depan memberi teladan. Kepala sekolah harus berada di garda terdepan memberikan inspirasi agar guru dapat berkolaborasi sehingga dapat menciptakan pengajaran daring yang ekeftif dan menyenangkan. 

2.       Memberi Semangat kepada Guru, Siswa, dan Orangtua
Guru, orang tua, dan siswa tentu sangat merindukan sekolah. Guru yang harus mengajar online, tentu membutuhakan ekstra energi untuk menyiapkan materi daring yang tidak sedikit. Orangtua pun demikian, mungkin banyak dari mereka yang sekarang mulai kewalahan menjadi guru dadakan di rumah. Siswa apalagi, mereka pasti sangat merindukan bercengkrama dengan teman-teman di kelas. Di tambah lagi, siswa harus mengerjakan tugas-tugas yang tidak sedikit dari setipa guru. Masa-masa yang penuh kebosanan ini, kepala sekolah diharapkan turun untuk memberikan semangat dan motivasi.
Kepala sekolah misalnya dapat memberikan surat resmi, atau rekaman video, atau rekaman suara yang dapat disebarluaskan melaui aplikasi WhatsApp atau sosial media lainnya. Pesan semangat dan motivasi tentu akan sedikit mampu melesat kembali semangat belajar yang mungkin sudah mulai kendur. Hal ini juga sejalan dengan prinsip kepemimpinan ala Ki Hajar Dewantara: “Ing Madya Mangun Karsa” atau di tengah-tengah memberi semangat. Pemimpin yang mampu memberi semangat kepada guru, siswa, dan orang tua di tengah ketidakpastian ini, tentu akan mendapat apresiasi tinggi.

3.       Memberi Pelatihan Singkat tentang Platform Pengajaran Online
Langkah yang tidak kalah penting adalah memastikan bahwa setiap guru mampu mengajar online.  Kepala sekolah dibantu dengan Wakil Kepala Bidang Kurikululum, atau guru yang mengerti tentang pengajaran online dapat membagikan beberapa tutorial dan tips mengajar menggunakan beberapa platform seperti Rumah Belajar, Google Classroom, Quipper, Zoom, WhatsApp, dll.
Hal ini penting, karena selama ini guru tidak pernah dilatih secara khusus untuk memberikan pengajaran secara online. Kepala sekolah juga perlu mengingatkan kepada guru untuk dapat menyelipkan pendidikan karakter di setiap materi yang diajarkan pada masa Covid-19.

4.       Memberikan Pemahaman Pendidikan bukan Penugasan
Terkait dengan konsep pengajaran online, banyak sekali laporan di mana guru memahaminya sebagai mengajar dengan memberikan tugas kepada siswanya. Di mana tugas tersebut didominasi dengan tugas meringkas materi selama satu minggu. Tidak heran jika banyak sekali aduan dari orang tua yang diterima KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Menurut KPAI keluahan orangtua tersebut sangat beralasan, karena mayoritas guru-guru memberikan penugasan yang sangat berat dalam waktu singkat. Dapat dibayangkan jika siswa mempunyai 10 hingga 14 mata pelajaran, maka siswa dalam tujuh hari harus mengerjakan tugas sebanyak 10 hingga 14 tugas yang berbeda.
Oleh karena itu, fungsi kepemimpinan ala Ki Hajar Dewantara: “Tut Wuri Handayani” harus dihadirkan di tengah-tengah guru. Sebagai pemimpin, Kepala Sekolah dituntut mampu memberikan dorongan agar guru secara sadar memberikan materi yang dapat membuat siswa ikhlas dan bahagia dalam mengerjakan. Penekanan di sini adalah pengajaran dan pendidikan, bukan penugasan.
Tentu tugas tersebut harus yang bersifat ringan, autentik, dan dapat dikerjakan di sekitaran rumah. Pengajaran tidak melulu berupa penugasan dalam mengerjakan soal, atau merangkum pelajaran, atau membuat makalah; penugasan dapat pula bersifat fun misalnya reportase, interview orangtua, membuat infografis, membuat mindmap, membuat visualisasi, atau membuat video pembelajaran sederhana. Karena sejatinya belajar adalah untuk membuat insan merdeka. Oleh karenanya Kemedikbud mencannagkan semboyan merdeka belajar.
Terkait dengan konsep meredeka belajar, baru-baru ini kabar gembira datang dari Kemendikbud yang menggandeng TVRI untuk memberikan kelas yang dapat dinikmati dari layar kaca. Kepala sekolah dan guru harus dapat menangkap peluang emas ini. Kepala sekolah dan guru harus secara cepat memberikan sosialaisasi kepada siswa dan orangtua agar memanfaatkan program belajar di TVRI dengan maksimal.
Terakhir, tidak semua siswa memiliki akses internet. Pun, tidak semua siswa mempunyai akses terhadap smartphone. Tugas kepala sekolah sebagai community leader (pemimpin di masyarakat) diharapkan dapat mengkoordinasikan antara wali kelas, orangtua, hingga ketua RT dan Kepala desa untuk mengupayakan agar siswa dapat tetap belajar meskipun dengan keterbatasan teknologi. Misalnya dengan mengelompokkan siswa yang berdekatan rumah. Dengan harapan siswa yang tidak memiliki hanphone dapat diberitahu dari siswa yang memiliki handphone. Atau ketua RT dapat membantu memberikan informasi penugasan atau portofolio bagi siswa yang tidak mempunyai akses internet dan atau smartphone.
Sekali lagi, Kepala Sekolah di tengah pandemic Corona tidak hanya sekedar manager yang mengatur adminsitrasi sekolah. Mereka harus berada di deretan terdepan agar, guru, siswa, dan orangtua merasakan keberadaan pendidikan, meski harus belajar dari rumah. Ketika Kepala Sekolah mampu memfungsikan perannya sebagai instructional leader, dengan mengadopsi gaya kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, insha Allah, siswa akan dapat melalui masa-masa Corona dengan baik. Tentunya kita semua berdoa agar bencana ini segara berakhir, aamiin. 

Telah diterbitkan di SWARANEWS





Comments

Popular posts from this blog

Sampling

This slides provide you:  1. the definition of sampling  2. sampling frame 3. determining the size of your sample  4. sampling procedure (Probability and non-probability)  Please follow/download the link for the Power Point Slides

The Legend of Jambi Kingdom (Narrative Text)

   Image: https://www.gambarrumah.pro/2012/10/400-gambar-kartun-rumah-adat-jambi.html Once upon a time, there were five villages, Tujuh Koto, Sembilan Koto, Petajin, Muaro Sebo, and Batin Duo Belas. The villagers of those five villages lived peacefully. They helped each other. Soon, the number of villagers grew highly. The villagers thought that they needed a leader to guide them. They wanted to have a king. So, the leaders from the five villages had a meeting. They wanted to set the criteria who could be their king. "Our king should be physically strong," said the leader from Tujuh Koto. "I agree. The king should be able to protect us from the enemies, "said one leader. "Not only that. He should also be well respected by us. So, the king should be strong and have good manners," said the leader from Petajin. "Then, let’s set the criteria. I have a suggestion. The king should be strong from fire. He cannot feel the pain if we burn him," said leade

The Legend of Jambi (Narrative Text)

                                                    Gambar: http://www.ceritadongenganak.com   Once upon a time, there lived in Sumatra Island a very beautiful girl, Putri Pinang Masak. The girl was also a very kind-hearted person. This made everyone liked her so much. Many youth and princes from other countries desire her to be his wife. Nevertheless, she refused their proposals because she had not wanted to get married yet. One day, there was a very wealthy king, the king of the east kingdom, coming to her village. He proposed to marry her. Putri Pinang Masak was afraid to refuse the king’s proposal although she actually did not love the king, the ugly-faced man, at all. She knew that the king would be very angry and there would be a battle if she refuse his desire. Putri Pinang Masak was so confused before she got an idea to refuse the king’s proposal. Then she said to the king that she accepted his proposal on one condition. The king should be able to build a very large and beautif