Dion
Ginanto
Dalam
konsep organisasi, pemimpin adalah penentu utama keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Begitu juga pada dunia kependidikan. Maju atau tidaknya satuan
pendidikan, bergantung pada kepala sekolah. Di pundak kepala sekolah, kenyaman
dan ketertiban lingkungan sekolah akan terjaga. Di tangan Kepala Sekolah,
birokrasi dan adminstrasi sekolah akan tertata. Di pundak mereka, komunikasi
sekolah dan orangtua akan tercipta. Di pundak
Kepala Sekolah pula, guru dan siswa akan merasa terbina. Oleh karenanya, Kepala
Sekolah harus berada di barisan terdepan dalam upaya mencerdaskan kehidupan
Bangsa.
Termasuk di masa
ketidakpastian akibat virus Corona, kepala sekolah memegang perana vital dalam
memastikan perserta didik mendapat pendidikan dan pengajaran. Tidak sedikit
guru yang meraba-raba tentang apa yang harus mereka lakukan, karena tidak
mendapat petunjuk yang terarah dari pimpinannya. Tidak sedikit pula, orang tua
yang mengeluh karena begitu menggunungnya tugas yang diberikan masing-masing
guru. Banyak juga, siswa yang merasa jera, karena tak tahu harus berbuat apa.
Fenomena ketidaksingkronan antara sekolah dan guru, guru dan siswa, serta
sekolah dan orang tua, tidak lain dipengaruhi kurang efektifnya peran kepala
sekolah sebagai pemimpin dalam pengajaran.
Di tengah virus
Corona yang mensyaratkan siswa belajar dari rumah, Kepala sekolah harus muncul
sebagai instructional leader. Instructional leader adalah fungsi
kepala sekolah sebagai pimpinan dalam proses pengajaran. Sebagai instructional
leader, kepala sekolah harus memahami konsep agility atau being
agile. Being agile dapat diartikan bahwa kepala sekolah harus dapat
belajar dengan cepat serta mampu beradaptasi pada kondisi yang berubaha secara
cepat, sehingga mampu menularkan semangat beradapatasi pada perubahan pada
guru, siswa, dan orangtua secara cepat dan akurat.
Perubahan secara
cepat dan mendadak dari pengajaran offline ke online membutuhakan
daya agility yang kuat. Untuk beberapa guru, siswa, dan orang tua yang
tinggal di kota besar dan sudah terbiasa mengakses program bimbingan belajar
online, tentu tidak begitu kaget. Namun, sebaian besarnya, pengajaran online
tentu masih merupakan suatu hal yang asing. Belum lagi ketersediaan akses
internet dan peralatan penunjang balajar daring yang belum merata. Tentu yang
tak kalah penting adalah pemahaman tentang pemahaman konsep pengajaran online
yang belum banyak diketehui baik guru, siswa, dan orangtua. Melalui tulisan
ini, saya ingin berbagi tips untuk kepala sekolah sebagai instructional
leader.
Ada beberapa tips/peran
yang dapat di lakukan Kepala Sekolah agar pengajaran Online selama masa
Covid-19 dapat berhasil secara efektif.
1. Berkoordinasi
dan Berdiskusi dengan Guru
Tugas kepala sekolah dan guru adalah membuat
perhitungan yang rinci dan akurat tentang sebaran materi yang harus dibahas
selama pandemic Corona. Tentu dengan berpedoman pada rekomendasi BNPB (Badan
Penanggulana Nasioal Bencana) tentang siwa libur hingga 29 Mei 2020; maka
kepala sekolah harus mampu berdiskusi dan berkoordinasi agar seluruh materi
dapat tercapai namun tidak membebani siswa hingga 29 Mei.
Kepala sekolah juga harus mampu
menginspirasi guru agar mampu berkolaborasi antar mata pelajaran serumpun
maupun non-serumpun, sehingga dapat memberikan bahasan yang tidak terlalu
tinggi dan menumpuk. Hal ini sejalan
dengan prinsip kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yakni: “Ing Ngarsa Sungtulada”
atau di depan memberi teladan. Kepala sekolah harus berada di garda terdepan
memberikan inspirasi agar guru dapat berkolaborasi sehingga dapat menciptakan
pengajaran daring yang ekeftif dan menyenangkan.
2. Memberi
Semangat kepada Guru, Siswa, dan Orangtua
Guru, orang tua, dan siswa tentu sangat
merindukan sekolah. Guru yang harus mengajar online, tentu membutuhakan ekstra
energi untuk menyiapkan materi daring yang tidak sedikit. Orangtua pun
demikian, mungkin banyak dari mereka yang sekarang mulai kewalahan menjadi guru
dadakan di rumah. Siswa apalagi, mereka pasti sangat merindukan bercengkrama
dengan teman-teman di kelas. Di tambah lagi, siswa harus mengerjakan
tugas-tugas yang tidak sedikit dari setipa guru. Masa-masa yang penuh kebosanan
ini, kepala sekolah diharapkan turun untuk memberikan semangat dan motivasi.
Kepala sekolah misalnya dapat memberikan
surat resmi, atau rekaman video, atau rekaman suara yang dapat disebarluaskan
melaui aplikasi WhatsApp atau sosial media lainnya. Pesan semangat dan motivasi
tentu akan sedikit mampu melesat kembali semangat belajar yang mungkin sudah
mulai kendur. Hal ini juga sejalan dengan prinsip kepemimpinan ala Ki Hajar
Dewantara: “Ing Madya Mangun Karsa” atau di tengah-tengah memberi semangat.
Pemimpin yang mampu memberi semangat kepada guru, siswa, dan orang tua di
tengah ketidakpastian ini, tentu akan mendapat apresiasi tinggi.
3. Memberi
Pelatihan Singkat tentang Platform Pengajaran Online
Langkah yang tidak kalah penting adalah
memastikan bahwa setiap guru mampu mengajar online. Kepala sekolah dibantu dengan Wakil Kepala
Bidang Kurikululum, atau guru yang mengerti tentang pengajaran online dapat
membagikan beberapa tutorial dan tips mengajar menggunakan beberapa platform
seperti Rumah Belajar, Google Classroom, Quipper, Zoom, WhatsApp, dll.
Hal ini penting, karena selama ini guru
tidak pernah dilatih secara khusus untuk memberikan pengajaran secara online. Kepala
sekolah juga perlu mengingatkan kepada guru untuk dapat menyelipkan pendidikan
karakter di setiap materi yang diajarkan pada masa Covid-19.
4. Memberikan
Pemahaman Pendidikan bukan Penugasan
Terkait dengan
konsep pengajaran online, banyak sekali laporan di mana guru memahaminya
sebagai mengajar dengan memberikan tugas kepada siswanya. Di mana tugas
tersebut didominasi dengan tugas meringkas materi selama satu minggu. Tidak
heran jika banyak sekali aduan dari orang tua yang diterima KPAI (Komisi
Perlindungan Anak Indonesia). Menurut KPAI keluahan orangtua tersebut sangat
beralasan, karena mayoritas guru-guru memberikan penugasan yang sangat berat
dalam waktu singkat. Dapat dibayangkan jika siswa mempunyai 10 hingga 14 mata
pelajaran, maka siswa dalam tujuh hari harus mengerjakan tugas sebanyak 10
hingga 14 tugas yang berbeda.
Oleh karena itu,
fungsi kepemimpinan ala Ki Hajar Dewantara: “Tut Wuri Handayani” harus
dihadirkan di tengah-tengah guru. Sebagai pemimpin, Kepala Sekolah dituntut
mampu memberikan dorongan agar guru secara sadar memberikan materi yang dapat
membuat siswa ikhlas dan bahagia dalam mengerjakan. Penekanan di sini adalah
pengajaran dan pendidikan, bukan penugasan.
Tentu tugas
tersebut harus yang bersifat ringan, autentik, dan dapat dikerjakan di
sekitaran rumah. Pengajaran tidak melulu berupa penugasan dalam mengerjakan
soal, atau merangkum pelajaran, atau membuat makalah; penugasan dapat pula
bersifat fun misalnya reportase, interview orangtua, membuat infografis,
membuat mindmap, membuat visualisasi, atau membuat video pembelajaran
sederhana. Karena sejatinya belajar adalah untuk membuat insan merdeka. Oleh
karenanya Kemedikbud mencannagkan semboyan merdeka belajar.
Terkait dengan
konsep meredeka belajar, baru-baru ini kabar gembira datang dari Kemendikbud
yang menggandeng TVRI untuk memberikan kelas yang dapat dinikmati dari layar
kaca. Kepala sekolah dan guru harus dapat menangkap peluang emas ini. Kepala
sekolah dan guru harus secara cepat memberikan sosialaisasi kepada siswa dan
orangtua agar memanfaatkan program belajar di TVRI dengan maksimal.
Terakhir, tidak
semua siswa memiliki akses internet. Pun, tidak semua siswa mempunyai akses terhadap
smartphone. Tugas kepala sekolah sebagai community leader (pemimpin di
masyarakat) diharapkan dapat mengkoordinasikan antara wali kelas, orangtua,
hingga ketua RT dan Kepala desa untuk mengupayakan agar siswa dapat tetap
belajar meskipun dengan keterbatasan teknologi. Misalnya dengan mengelompokkan
siswa yang berdekatan rumah. Dengan harapan siswa yang tidak memiliki hanphone
dapat diberitahu dari siswa yang memiliki handphone. Atau ketua RT dapat
membantu memberikan informasi penugasan atau portofolio bagi siswa yang tidak mempunyai
akses internet dan atau smartphone.
Sekali lagi,
Kepala Sekolah di tengah pandemic Corona tidak hanya sekedar manager yang
mengatur adminsitrasi sekolah. Mereka harus berada di deretan terdepan agar,
guru, siswa, dan orangtua merasakan keberadaan pendidikan, meski harus belajar
dari rumah. Ketika Kepala Sekolah mampu memfungsikan perannya sebagai instructional
leader, dengan mengadopsi gaya kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, insha Allah,
siswa akan dapat melalui masa-masa Corona dengan baik. Tentunya kita semua
berdoa agar bencana ini segara berakhir, aamiin.
Telah diterbitkan di SWARANEWS
Comments