Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2020

Peran Orangtua di Tengah Virus Corona

Akhir-akhir ini media sosial banyak dipenuhi sederet keluhan orang tua, khusunya emak-emak sebagai imbas dirumahkannya siswa-siswi di Indonesia. Tidak sedikit pula yang kemudian berterimakasih kepada guru, karena mereka baru meyadari betapa pentingnya peran guru untuk mendidik putra-putri mereka. Betapa tidak, masih kurang 14 hari anak sekolah belajar dari rumah, suasana emosi orang tua semakin hari semakin meningkat. Namun demikian, tidak semua orang tua yang mengeluh, mereka yang telah memahami peran orang tua di rumah malah menikmati personal bonding yang kembali tercipta karena Corona. Lalu bagiamana sebenarnya peran orang tua di rumah? Sehingga meskipun harus work from home , mengurus rumah, dan dalam waktu yang bersamaan harus menjadi guru di rumah, namun tetap memberikan peran yang maksimal? Melalui tulisan ini saya ingin berbagi tentang Parental Involvement , program yang selalu digaungkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Saya berharap, tulisan ini dapat membantu orang

Mas Menteri, Ada yang tak Kalah Bahaya dari Corona di Sekitar Kita

Mas Menteri yang terhormat, sebelumnya saya mohon maaf karena di tengah hiruk pikuk bencana Corona, saya mengangkat permasalahan yang kurang relevan. Akan tetapi, saya masih menganggap ini penting, karena menyangkut urusan dapur rumah tangga para pendidik generasi Bangsa. Ketika berbicara urusan dapur, maka banyak variable yang tersentuh, di antaranya faktor nutrisi keluarga, faktor saluran air, faktor penerangan, dan faktor lain yang tidak perlu disebutkan. Intinya Mas Mentri, mayoritas gaji tenaga didik dan kependidikan di Jambi dan mungkin di provinsi lain, dari bulan Januari hingga saat ini belum terbayarkan.  Akar permasalahanya tidak lain adalah kebijakan yang baru saja Mas Menteri keluarkan terkait dana BOS (Bantuan Operasioan Sekolah), yang menciptakan sedikit kebingungan dan kerancuan. Hal ini dikarenakan, gaji para guru dan tenaga kependidikan yang telah memiliki NUPTK, kini dianggarkan melalui dana BOS.   Sebenarnya, ketika dari awal kami mendengar kebijakan dan

100 Hari Nadeim Makarim, Merdeka UN tapi Belum Merdeka Beban Belajar

Oleh: Dion Ginanto, Ph.D KOMPAS.com - Saat jam istirahat, saya berbincang dengan salah satu siswi di sekolah tempat saya mengajar. Siswi tersebut saat ini tengah duduk di bangku kelas XI. Sambil diiringi dengan canda dan obrolan ringan, saya bertanya kepada Ratna (bukan nama asli) tentang rencana penghapusan Ujian Nasional.  Dalam benak saya, pasti Ratna akan setuju seperti halnya teman-temannya yang saat ini duduk di kelas XII. Mayoritas kelas XII iri dengan adik-adiknya yang kelak tidak akan mengikuti Ujian Nasional.  “Saya setuju Ujian Nasional tetap diadakan Sir,” ujarnya. Sebagai guru bahasa Inggris, Sir dan Mr adalah sapaan yang siswa tautkan kepada saya. Dengan heran dan penuh tanda tanya, saya kembali menanyakan kenapa  Ratna malah setuju dengan ide Ujian Nasional. Ratnapun menjawab, kalau boleh memilih, ia lebih memilih beban belajar siswa dikurangi ketimbang Ujian Nasional dihapuskan.  Sensasional "Merdeka UN"   Ratna bahkan me