Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

𝐒𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐓𝐮𝐚 𝐒𝐌𝐀𝐍𝐃𝐀𝐋𝐀𝐒 (𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟑)

Diko melirik sejenak ke WC pria, “Juno udah gak ada, berati udah kembali ke ruang Audio.” Gumamnya. Selama pengecekan WC wanita, tidak ada hal istimewa. Jamal tak ada di sana. Diko hanya menutup kran air yang mungkin lupa dimatikan sejak pulang sekolah. Diko bahkan sempat buang hajat di sana. Setelah selesai dan memastikan semua kembali bersih dan keran air sudah mati, Diko kembali ke audio. Sesampainya di ruang Audio, Rudi dan Riko tengah pulas menikmati mimpi, setelah sejak sore bekerja untuk peringatan bulan Bahasa esok hari. Namun, Juno tak ada di sana. Diko heran, “ada yang tidak beres ini”. Rudi dan Riko bergeming saat dibangunkan untuk sekedar membantu mencari keberadaan Juno yang juga menghilang. Meski lelah mendera, Diko tak tega rasanya jika tak keluar memastikan bahwa Juno masih di luaran sana. Ia yakin seyakin-yakinnya, Juno tak pulang seperti hipotesanya pada Jamal. Karena Juno tak akan berani pulang sendirian, apalagi situasi gelap menjelang subuh. Diko yang ia

Sumur Tua SMANDALAS (Bagian 2)

Rudi yang barus saja menyelesaikan lukisan bahasa Kanji Jepang, Kaligrafi Arab, Kata Mutiara Bahasa Inggris dan Indonesia mulia merasakan ketiadaan Jamal. Sudah satu jam, Jamal belum kembali. “Ke WC pasti cuman alibi ni Anak, pasti si Jamal Pulang” gumamnya dalam hati. Kegundahannya itu ia tanyakan pada Juno yang masih saja asyik mempercantik bagian podium dengan bunga-bunga buatan. “Juno… di mano Jamal yo, apo balek dio dak? “Entah lah jok eh, kalu dak ado pasti lah balek. Anak mama diok tuh.” Sahut Juno acuh, saking khusuknya dia pada kerjaannya membuat taman buatan. Maklum, jika menjelang pukul 7 pagi belum selesai, pasti Nuri, si ketua OSIS bakalan murka. Sebenarnya ia tidak takut pada si Nuri, namun ia lebih ingin bertanggungjawab atas tugas yang telah ia sanggupi. Hari gini susah mencari sosok seperti mereka. Apalagi politikus di Senayan sana. Hanya sedikit yang bekerja untuk Rakyat, yang ada hanya kepentingan semata. “Biak sayo cek motornyo jok, kalu motornyo dak ado, b

Sumur Tua SMANDALAS (Bagian 1)

“Salah satu di antara kalian harus menemaniku di sumur itu. Perjanjian itu telah kalian langgar. Maka tiap tahun harus ada siswa yang menjadi istriku.” Billy terus meronta, menedang, menghardik sesiapa yang mencoba memegangi tubuhnya. Teman sekelas Billy terlihat panik. Entah dari mana datangnya, dan siapa yang mengundang, tiba-tiba pria berbaju hitam, memakai blankon hitam khas Jogja datang membawa air dalam Bejana. “pyuh…” pria berbaju dan blankon hitam menyemburkan air ke muka Billy, setelah sebelumnya berkomat-kamit singkat. “ha..ha…ha… air mu tak mempan dukun tua. Aku akan tetap memakai raga Billy. Hrrrr…” Billy kembali meronta, tenaganya sungguh terlampau kuat. Dua siswa menahan tangan kanan, dua lainnya di tangan kiri, sementara ada empat siswa lainnya yang memegang dua kaki Billy. Namun, seolah kedelapan siswa kelas 12 Mia 4 itu tak sanggup menahannya. Pria berbaju dan blangkon hitam pun entah kapan tiba-tiba tak ada lagi di sekitar Billy. “Cepat panggil Pa

MANAJEMEN WAKTU BAGI GURU

MANAJEMEN WAKTU BAGI GURU Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. (QS. AL-ASR:1-3). Ayat di atas, Allah SWT bersumpah atas nama waktu. Mengapa Allah bersumpah atas nama waktu? Hal ini membuktikan betapa pentingnya waktu bagi umat manusia. Tanpa manajemen yang baik, manusia akan kehilangan kesempatan berharga untuk beraktifitas, mengukir prestasi, dan bahkan kehilangan kesempatan untuk memperoleh uang sekalipun. Tidak salah kalau jaman dahulu para pendahulu mengatakan bahwa time is money; bagi sebagian orang kehilangan sedetik waktu terkadang mereka juga kehilangan jutaan rupiah bahkan lebih. Ada beberapa pendapat beberapa ahli mengenai waktu: Ø Musuh terbesar manusia dalam karir seseorang adalah waktu (Argogalih) Ø One of the best lessons that anyone can learn in life is how to use time wisely. (Wiliam A. Irwin dalam Hendr

Debat Cawapres: Menakar Kebijakan Pendidikan Kedua Calon

Global Education Monitoring (GEM) oleh UNESCO pada tahun 2016 melaporkan bahwa dari 14 negara berkembang kualitas pendidikan Indonesia menempati peringkat ke-10. Sedangkan versi OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara dari segi nilai PISA membaca, matematika, dan sains. Bukan hanya masalah prestasi pendidikan di tingkat dunia, Indonesia juga mengalami permasalahan putus sekolah di dalam negeri. Setidaknya pada tahun 2016 masih ada 4.6 juta usia 7-18 tahun yang putus sekolah(UNICEF, 2016). Guru juga masih menjadi momok bagi bangsa kita. Dari 3 Juta guru di Indonesia, 1.5 juta di antaranya masih berstatus honorer yang belum mendapatkan kepastian status dan belum mendapatkan kesejahteraan yang layak (Detik.com, 2018). Terkait pada permasalahan pendidikan di atas, bagaimanakah program-program yang akan dijalankan oleh kedua belah pihak apabila mereka terpilih menjadi pasangan Presiden dan Wakil Presi

Me-NYEPI-kan Sejenak Dunia Kita

HARI ini (7 Maret 2019) umat Hindu tengah melakukan ritual Nyepi dengan tidak keluar rumah, tidak menghidupkan api, dan memfokuskan diri untuk ritual kepada Tuhan. Hari raya Nyepi yang juga memperingati tahun baru Saka di mulai dengan meniadakan sekuruh aktifitas di hari pertama. Di Bali, semua aktifitas ditiadakan, pelayanan umum dihentikan, termasuk Bandar Udara pun berhenti beroperasi. Hanya ada satu instansi yang tetap beroperasi yaitu Rumah Sakit. Sebagai warga non-Hindu, menghormati perayaan Nyepi bukan berarti turut melakukan ritual keagamaan seperti yang dilakukan oleh umat Hindu. Bukan pula berarti untuk seharian harus berhenti melakukan seluruh aktivitas duniawi, berpuasa dan tidak menggunakan api/listrik (pati geni). Menghormati perayaan Nyepi lebih difokuskan untuk meberikan kesempatan pada diri untuk internalisasi, refleksi, dan evaluasi terhadap apa yang telah, sedang, dan akan kita lakukan. Hari raya Nyepi juga memberi kesempatan untuk bumi bernafas, membe

Debat Calon Presiden [Mecontek]: Siswa Bolehkah Mencontek?

Pagi ini saya mengadakan kuis untuk siswa-siswi saya yang duduk di kelas XI IPA. Pada awal kuis saya memberi wasiat agar siswa menutup segala jenis kamus, buku cetak, berikut buku catatan. Hal ini untuk menghidarkan upaya-upaya yang melanggar kode etik persiswaan di kelas. Saya membayangkan, kalau ada siswa yang protes “Sir… kenapa kami dilarang untuk mencontek, sedangkan sekaliber calon presiden diperbolehkan mebaca kope’an dan dipertononkan ke ratusan juta rakyatnya.”Jika hal ini terjadi pasti saya akan terdiap bermilayar bahasa, karna mulut ini pasti tak akan mampu untuk mejawabnya. Namun, alhamdulillah ke-tiga puluh siswa saya tak ada satupun yang berprotes atau beretorika. Mungkin mereka sudah tahu, pertanyaan itu terlalu berat, hanya Dilan yang mampu menjawabnya.   Setidakanya hari ini saya sedikit lega. Betapa tidak, reputasi dan idealisme seorang guru hampir saja tergadai jika saja saya tak mampu memberi jawaban logis pada siswa saya.   Bukan hanya pada drama contekan ya