Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2019

Debat Calon Presiden [Mecontek]: Siswa Bolehkah Mencontek?

Pagi ini saya mengadakan kuis untuk siswa-siswi saya yang duduk di kelas XI IPA. Pada awal kuis saya memberi wasiat agar siswa menutup segala jenis kamus, buku cetak, berikut buku catatan. Hal ini untuk menghidarkan upaya-upaya yang melanggar kode etik persiswaan di kelas. Saya membayangkan, kalau ada siswa yang protes “Sir… kenapa kami dilarang untuk mencontek, sedangkan sekaliber calon presiden diperbolehkan mebaca kope’an dan dipertononkan ke ratusan juta rakyatnya.”Jika hal ini terjadi pasti saya akan terdiap bermilayar bahasa, karna mulut ini pasti tak akan mampu untuk mejawabnya. Namun, alhamdulillah ke-tiga puluh siswa saya tak ada satupun yang berprotes atau beretorika. Mungkin mereka sudah tahu, pertanyaan itu terlalu berat, hanya Dilan yang mampu menjawabnya.   Setidakanya hari ini saya sedikit lega. Betapa tidak, reputasi dan idealisme seorang guru hampir saja tergadai jika saja saya tak mampu memberi jawaban logis pada siswa saya.   Bukan hanya pada drama contekan ya

PPPK: Menyoal Kesejahteraan Guru Honorer

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan bincang-bincang santai dengan guru honorer yang saya temui di beberapa tempat di Jambi. Dari hasil obrolan itu, ada beberapa guru yang curhat bahwa gaji mereka masih jauh di bawah upah minimum regional. Tak kalah dengan Presiden, saya yang baru saja pulang dari 6 tahun pendidikan dan belum sempat bergelut dengan pendidikan di tanah air sangat kaget dan heran. Seperti yang diberitakan beberapa media belum lama ini, Presiden sampai terheran-heran ternyata di Indonesia masih ada guru yang bergaji di bawah Rp. 500.000 per/bulan. Untuk menguji kebenaran informasi ini, saya memposting pertanyaan di beranda Facebook pribadi saya, dan ternyata benar, masih banyak sekali tenaga pendidik di negeri ini yang masih tidak seberuntung kolega mereka yang sudah menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegeawai Negeri Sipil (PNS). Akan sangat jomplang sekali jika harus membandingkan guru PNS versus guru Honorer, bahkan akan sangat, sangat jomplang jika dib

Kepala Sekolah: Jabatan Penting yang Terlupakan

Selama ini kita masih terkesan meraba-raba dalam kegelapan terhadap lemahnya mutu keluaran peserta didik. Pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan selalu terpaku pada peningkatan guru atau mengandalkan bongkar pasang kurikulum. Tidak sedikit dana yang digelontorkan pemerintah pusat dan daerah untuk sekedar memberikan pelatihan kepada guru-guru. Akan tetapi pemerintah terkesan lupa bahwa pelatihan masif yang selama ini diadakan tak pernah dievaluasi. Pelatihan-pelatihan untuk guru terkesan sekedar formalitas belaka, atau untuk menghabiskan anggaran pendidikan. Bahkan, untuk memberikan kesan bahwa pemerintah memperhatikan kualitas guru, banyak sekali pelatihan-pelatihan diadakan di hotel berbintang lima. Selain memberikan peltihan kepada guru, Kementrian Pendidkan juga mengupayakan reformasi pendidikan dengan mengganti kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013. Namun, sekali lagi belum ada kejelasan tentang kesiapan pemerintah dalam sosialisasi pergantian kurikulum ini. Fokus pemeri

Diskriminasi atas Nama Agama di Sekolah

“Mister, di mana saya dapat memperoleh soal ujian Agama?” Saya yang kebetulan menjadi penitia ujian semester heran dan malah kembali bertanya, “Loh, kan kami sudah berikan secara lengkap sesuai jumlah daftar hadir, apa masih kurang?”             “Bukan Sir, agama saya Kristen, tapi yang ada hanya soal Agama Islam.”             “Astaghfirullahalazim,…” saya pucat pasi. “Sebentar nak, saya cek dulu.” Setelah bertanya pada ketua dan sektretaris panitia, ternyata soal untuk siswa agama Kristen belum sampai. Masih dalam perjalanan dibawa oleh Bapak Pastur.   Rasa bersalahpun menggeluti hati. Betapa siswa non-Muslim di sekolah saat itu harus tersela konsentrasinya karena soal belum tiba. Belum lagi, mereka harus kehilangan banyak waktu atas keterlambatan soal. Dalam hati saya bergumam, hal ini tidak akan terjadi apabila siswa beragama Kristen mempunyai guru PNS di sekolah, sebagaimana siswa Agama Islam yang memiliki tiga guru Pendidikan Agama Islam.             Belum lagi disaat tema

Instructional Leadership: Jendral Pengajaran itu Bernama Kepala Sekolah

Ukuran keberhasilan nyata sebuah sekolah adalah prestasi siswa atau student achievement . Ini adalah muara dari segala visi dan misi yang di buat oleh sekolah. Sekali lagi, muara dari muara adalah Student Acvievement . Ini diartikan bahwa siswa mempunyai pemahaman academik muapun non-akademik yang nantinya dapat digunakan untuk bekal hidup peserta didik sekembalinya di masyarakat. Dapat juga disimplifikasi dengan banyaknya peserta didik yang diterima di perguruan tinggi bagi lulusan SMA/MA. Atau banyaknya siswa yang menjuarai event-event tingkat propinsi atau nasional. Atau terlahir pengusaha-pengusaha baru untuk siswa SMK. Atau banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang selanjutnya untuk pelajar SD dan SMP. Atau nilai rata-rata siswa yang merata, dengan kata lain tidak adanya gap yang terlalu jauh antara siswa dengan nilai tertinggi dan nilai terendah. Atau yang tidak kalah penting lulusan mampu melestarikan norma-norma atau budaya yang berlaku di lingkungan peserta didik. Sekola