Beberapa tahun terakhir ini kita dikejutkan dengan fenomena wewabahnya penyakit akut yang menyerang siswa-siswi di Indoneisa. Penyakit akut itu bukan disebabkan karena virus atau bakteri mematikan secara medis, namun penyakit itu bersifat gaib yaitu KESURUPAN. Sungguh nyiris memang, di era globalisasi saat ini malah kita dikejutkan dengan permasalahan yang identik dengan takhayul dan mistik. Yang lebih ironis adalah yang menjadi penderita kesurupan adalah mereka yang notabene orang berpendidikan setingkat SMP/SMA. Kesurupan tidak hanya menyerang satu daerah saja namun telah menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia; dan dalam waktu bersamaan dapat terjadi di daerah yang berbeda.
Menurut laporan media tahun 2007 dalam Ubeydi dan Abdul Kohar (2009), dalam satu bulan, peristiwa kesurupan pernah terjadi di empat kota secara berurutan: Yogyakarta (6/3), Surabaya (20/3), Banjarmasin (20/3), dan Bogor (21/3). Bahkan, di tahun 2008 ini, tiga peristiwa kesurupan terjadi di hari yang sama (25/11) di tiga kota: Jambi, Banjarmasin dan Malang.
Di Jambi, kesurupan dialami puluhan siswi SMK Negeri 4 Jambi. Seorang guru juga ikut kesurupan. Tiga hari sebelumnya peristiwa yang sama juga terjadi di sekolah itu. Sementara di Banjarmasin, puluhan siswi SMA PGRI II kesurupan saat mengikuti pelajaran. Kesurupan di sekolah ini hampir setiap tahun terjadi.
Di Malang, kesurupan massal terjadi di SMP PGRI I Pakisaji. Kesurupan justru terjadi saat sekolah mengadakan ritual untuk mengusir roh jahat. Karena sekolah ini memang sudah langganan menjadi korban kesurupan massal.
Di Padang, menurut laporan Majalah Gatra (Edisi 51, 31 Oktober 2003) pernah terjadi kesurupan beruntun dan sepertinya terpola. Mula-mula, pada bulan Juli, kesurupan menimpa 10 santriwati Pondok Pesantren Khairul Ummah, Tunggul Hitam. Sebulan kemudian merambah ke Pesantren Tungkar, Luhak, Limapuluh Kota. Beberapa santriwatinya mengalami kejadian yang sama.
Lalu pada bulan September, giliran Madrasah Aliyah Negeri 2 Payakumbuh yang dihebohkan dengan kejadian serupa. Sedikitnya 11 siswi mengalami kesurupan dengan gejala yang mirip. Karena kejadian itu memiliki proses yang sama, menimpa pada pelajar yang satu model, yakni pesantren dan madrasah Aliyah, atau pelajar Islam, sampai-sampai ada isu yang mengaitkan kejadian itu dengan upaya pemurtadan oleh pemeluk agama tertentu terhadap pemeluk Islam. Beruntunglah isu itu tidak sampai menimbulkan kerusuhan massal.
Di tahun 2009 ini juga terjadi kesurupan di beberapa tempat di Jatim, Aceh, beberapa daerah di Kalimantan, dll. Apa sebenarnya yang tengah terjadi di negeri kita ini? Mengapa fenomena ini justru banyak terjadi di negara yang mayoritas penduduknya terkenal religius dan santun.
Pengertian Kesurupan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, baik itu kesurupan atau kerasukan, keduanya punya arti sama, yaitu masuknya roh jahat, setan, jin, atau semisalnya, ke dalam tubuh manusia. Sama dengan possession. Menurut kamus Marriam Webster’s, possession adalah dominasi kekuatan lain dalam diri seseorang, seperti energi setan, roh, atau ide. Ini bisa diartikan juga, suatu kondisi psikis seseorang yang kepribadian normalnya dikuasai/tergantikan oleh kekuatan lain (Ubedi dan Kohar, 2009).
Bagaimana dengan agama? Istilah kesurupan memang jauh dari pembahasan tema keagamaan yang ada selama ini. Tapi, kalau kita melihat sejumlah wasiat Nabi, baik yang terekam dalam sunnah ataupun hadis, banyak yang menyuruh kita untuk berdoa agar terlindung dari masuknya setan ke dalam tubuh kita. Setan di sini bisa dalam arti makhluk (material), atau bisa juga dalam arti energi negatif (marah, benci, kufur, stress, kosong, dst.).
Sementara itu menurut Ibnul Qayyim, “Hati yang kosong dari keimanan dan kebaikan, akan menjadi gelap dan menjadi tempat peristirahatan setan. Setan kemudian mengambil tempat dalam hatinya hingga leluasa mengatur apapun yang ia inginkan dan mewujudkan tujuan-tujuannya.”
Prof. Dr. Dadang Hawari, psikiater dari Universitas Indonesia, menjelaskan, kesurupan adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi atau reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang disebabkan oleh tekanan fisik maupun mental (berlebihan). Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Reaksi disosiasi dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan histeria massal.
Sama juga dengan yang dikatakan oleh Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Dia yakin kesurupan bukan disebabkan oleh masuknya makhluk halus, seperti jin, kuntilanak, atau lainnya. Soewadi memandang tekanan sosial sebagai biang kesurupan. Kesurupan, menurut ahli jiwa ini adalah gejala gangguan jiwa pada seseorang yang diikuti orang lain dan mengakibatkan hilangnya kepribadian yang asli.
Menurut Sartono Mukadis, pakar Psikologi Universitas Indonesia, munculnya fenomena kesurupan jika dilihat dari sudut pandang psikologi disebabkan oleh faktor labilitas kepribadian. “Yang terkena pada umumnya orang-orang yang labil dan yang mencari pegangan. Anak badung sekali pun biasanya tidak ada yang kena,” kata Sartono, seperti dikutip di detik.com (25/3/2006).
Tentunya pengertian kesurupan menurut psikiater dan ilmu agama tentu sedikit banyak mempunyai beberapa perbedaan. Dalam sisi keagamaan jelas kesurupan disebakan oleh masuknya jin kedalam tubuh manusia yang kemudian menguasai tindak tanduk dan perkataannya; hal ini disebabkan seseorang kurang kuat iman dan dalam kondisi pikiran kosong. Sementara menurut psikiater pada intinya kesurupan disebabkan oleh tekanan fisik, mental dan social dan labilnya kepribadian. Terlepas dari kedua pengertian tersebut pada intinya adalah kesurupan dapat terjadi karena lemahnya hati dan pemikiran seseoarang, sehingga terkesan kosong dari sesuatu yang positif. Fenomena ini tentunya sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan agama di Indonesia. Lalu apa yang kurang dari pendidikan keagamaan kita?
Pendidikan agama di Indonesia
Ada beberapa poin yang harus dikritisi dari pendidikan keagamaan di Indonesia saat ini. Karena kesurupan salah satunya disebabkan dari kurang dalamnya ilmu keagamaan para siswa.
1. Kurangnya jam untuk mata pelajaran Agama (baik itu aga Islam, Kristen, Budha atau Hindu). Pelajaran agama hanya diterima siswa 2 jam dalam satu minggu, tentu berbeda jauh bila disbanding pelajaran matematika, bahasa atau pelajaran lain.
2. Mata pelajaran Agama tidak diujikan sebagai syarat kelulusan, padahal ilmu agama dan ilmu dunia itu kan harus seimbang. Sehingga terkesan pelajaran agama itu tidak penting
3. Materi pendidikan agama bersifat teori dan kurang mampu untuk dapat membendung fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan nyata. Sebagai contoh maraknya film-film mistik dan takhayul di beberapa TV swasta yang semakin menjamur di Indonesia.
4. Pelajaran agama cenderung bersifat pengajaran bukan pendidikan. Sehingga yang terjadi bukan transformasi ilmu-ilmu agama agar bersifar aplikatif namun cenderung kepada tranfer ilmu yang bersifat teoritis.
Hal inilah yang menyebabkan degradasi moral pelajar dan generasi muda di Indonesia, sehingga mereka kurang mempunyai bekal keagamaan yang tinggi. Sehingga mudah dipengaruhi pengaruh-pengaruh negatif salah satunya kesurupan.
Cara Mencegah Kesurupan
Kesurupan akan selalu menyerang seseorang dan tidak ada yang bisa menyembuhakan kecuali kekuatan dari dalam diri seseorang itu sendiri. Meskipun kita mendatangkan ustadz atau paranormal kondang, itu hanya menyembuhkan sementara dan korban sewaktu-waktu akan dapat terserang kembali. Hanya pagar dan aksi preventif dari inner power yang bisa mengatasi hal tersebut. Ada beberapa langkah agar kita terhindar dari kesurupan:
1. Bekali diri dengan ilmu keagamaan yang tinggi. Karena kondisi pendidikan di Indonesia dirasa kurang maka ikutilah pengajian, les tambahan, ngaji di masjid/madrasah (bagi yang beragama Islam) atau kegiatan keagamaan lainnya bagi pemeluk agama lain.
2. Sibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan selalau berpositif thinking
3. Kurangi MELAMUN dan pikiran kosong karena jika pikiran kosong, jin akan mudah merasuk melalui sel darah kita. Bercerita dan berbagi dengan teman akan permasalahan yang kita hadapi merupakan cara ampuh agar kita tidak dibebani dengan pikiran dan permasalahan yang kita hadapi
4. Kurangi menonton film-film yang bersifat takhayul dan mistik karena akan mendorong imajinasi kita untuk percaya kepada takhayul
5. Bagi yang islam mulailah sesuatu dengan bacaan ta’awuz dan basmalah agar kita terhindar dari godaan setan
6. Selalu mengingat Allah SWT (zikrullah) dimanapun, kapanpun dan apapun yang tengah kita lakukan.
7. Jangan sombong dan takabur.
Semoga dengan tulisan ini, dapat memberikat sedikit kontribusi terhadap permasalahan yang tengah kita hadapai saat ini. Penulis mengharapkan agar kita menghapuskan anggapan bahwa tragedi kesurupan ini adalah bahagian dari strategi agama tertentu untuk pemurtadan; namun kita harus meyakininya bahwa ini adalah suatu teguran dari Allah SWT agar hambanya lebih meningkatkan ibadah. Terlepas musibah ini adalah kutukan atau apapun yang jelas kita harus dapat mengambil hikmah dan ibrah dari kejadian ini sehingga dapat menghidarinya untuk terjadi kembali di masa yang akan datang. Walahuallam.
Menurut laporan media tahun 2007 dalam Ubeydi dan Abdul Kohar (2009), dalam satu bulan, peristiwa kesurupan pernah terjadi di empat kota secara berurutan: Yogyakarta (6/3), Surabaya (20/3), Banjarmasin (20/3), dan Bogor (21/3). Bahkan, di tahun 2008 ini, tiga peristiwa kesurupan terjadi di hari yang sama (25/11) di tiga kota: Jambi, Banjarmasin dan Malang.
Di Jambi, kesurupan dialami puluhan siswi SMK Negeri 4 Jambi. Seorang guru juga ikut kesurupan. Tiga hari sebelumnya peristiwa yang sama juga terjadi di sekolah itu. Sementara di Banjarmasin, puluhan siswi SMA PGRI II kesurupan saat mengikuti pelajaran. Kesurupan di sekolah ini hampir setiap tahun terjadi.
Di Malang, kesurupan massal terjadi di SMP PGRI I Pakisaji. Kesurupan justru terjadi saat sekolah mengadakan ritual untuk mengusir roh jahat. Karena sekolah ini memang sudah langganan menjadi korban kesurupan massal.
Di Padang, menurut laporan Majalah Gatra (Edisi 51, 31 Oktober 2003) pernah terjadi kesurupan beruntun dan sepertinya terpola. Mula-mula, pada bulan Juli, kesurupan menimpa 10 santriwati Pondok Pesantren Khairul Ummah, Tunggul Hitam. Sebulan kemudian merambah ke Pesantren Tungkar, Luhak, Limapuluh Kota. Beberapa santriwatinya mengalami kejadian yang sama.
Lalu pada bulan September, giliran Madrasah Aliyah Negeri 2 Payakumbuh yang dihebohkan dengan kejadian serupa. Sedikitnya 11 siswi mengalami kesurupan dengan gejala yang mirip. Karena kejadian itu memiliki proses yang sama, menimpa pada pelajar yang satu model, yakni pesantren dan madrasah Aliyah, atau pelajar Islam, sampai-sampai ada isu yang mengaitkan kejadian itu dengan upaya pemurtadan oleh pemeluk agama tertentu terhadap pemeluk Islam. Beruntunglah isu itu tidak sampai menimbulkan kerusuhan massal.
Di tahun 2009 ini juga terjadi kesurupan di beberapa tempat di Jatim, Aceh, beberapa daerah di Kalimantan, dll. Apa sebenarnya yang tengah terjadi di negeri kita ini? Mengapa fenomena ini justru banyak terjadi di negara yang mayoritas penduduknya terkenal religius dan santun.
Pengertian Kesurupan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, baik itu kesurupan atau kerasukan, keduanya punya arti sama, yaitu masuknya roh jahat, setan, jin, atau semisalnya, ke dalam tubuh manusia. Sama dengan possession. Menurut kamus Marriam Webster’s, possession adalah dominasi kekuatan lain dalam diri seseorang, seperti energi setan, roh, atau ide. Ini bisa diartikan juga, suatu kondisi psikis seseorang yang kepribadian normalnya dikuasai/tergantikan oleh kekuatan lain (Ubedi dan Kohar, 2009).
Bagaimana dengan agama? Istilah kesurupan memang jauh dari pembahasan tema keagamaan yang ada selama ini. Tapi, kalau kita melihat sejumlah wasiat Nabi, baik yang terekam dalam sunnah ataupun hadis, banyak yang menyuruh kita untuk berdoa agar terlindung dari masuknya setan ke dalam tubuh kita. Setan di sini bisa dalam arti makhluk (material), atau bisa juga dalam arti energi negatif (marah, benci, kufur, stress, kosong, dst.).
Sementara itu menurut Ibnul Qayyim, “Hati yang kosong dari keimanan dan kebaikan, akan menjadi gelap dan menjadi tempat peristirahatan setan. Setan kemudian mengambil tempat dalam hatinya hingga leluasa mengatur apapun yang ia inginkan dan mewujudkan tujuan-tujuannya.”
Prof. Dr. Dadang Hawari, psikiater dari Universitas Indonesia, menjelaskan, kesurupan adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi disosiasi atau reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang disebabkan oleh tekanan fisik maupun mental (berlebihan). Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Reaksi disosiasi dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan histeria massal.
Sama juga dengan yang dikatakan oleh Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Dia yakin kesurupan bukan disebabkan oleh masuknya makhluk halus, seperti jin, kuntilanak, atau lainnya. Soewadi memandang tekanan sosial sebagai biang kesurupan. Kesurupan, menurut ahli jiwa ini adalah gejala gangguan jiwa pada seseorang yang diikuti orang lain dan mengakibatkan hilangnya kepribadian yang asli.
Menurut Sartono Mukadis, pakar Psikologi Universitas Indonesia, munculnya fenomena kesurupan jika dilihat dari sudut pandang psikologi disebabkan oleh faktor labilitas kepribadian. “Yang terkena pada umumnya orang-orang yang labil dan yang mencari pegangan. Anak badung sekali pun biasanya tidak ada yang kena,” kata Sartono, seperti dikutip di detik.com (25/3/2006).
Tentunya pengertian kesurupan menurut psikiater dan ilmu agama tentu sedikit banyak mempunyai beberapa perbedaan. Dalam sisi keagamaan jelas kesurupan disebakan oleh masuknya jin kedalam tubuh manusia yang kemudian menguasai tindak tanduk dan perkataannya; hal ini disebabkan seseorang kurang kuat iman dan dalam kondisi pikiran kosong. Sementara menurut psikiater pada intinya kesurupan disebabkan oleh tekanan fisik, mental dan social dan labilnya kepribadian. Terlepas dari kedua pengertian tersebut pada intinya adalah kesurupan dapat terjadi karena lemahnya hati dan pemikiran seseoarang, sehingga terkesan kosong dari sesuatu yang positif. Fenomena ini tentunya sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan agama di Indonesia. Lalu apa yang kurang dari pendidikan keagamaan kita?
Pendidikan agama di Indonesia
Ada beberapa poin yang harus dikritisi dari pendidikan keagamaan di Indonesia saat ini. Karena kesurupan salah satunya disebabkan dari kurang dalamnya ilmu keagamaan para siswa.
1. Kurangnya jam untuk mata pelajaran Agama (baik itu aga Islam, Kristen, Budha atau Hindu). Pelajaran agama hanya diterima siswa 2 jam dalam satu minggu, tentu berbeda jauh bila disbanding pelajaran matematika, bahasa atau pelajaran lain.
2. Mata pelajaran Agama tidak diujikan sebagai syarat kelulusan, padahal ilmu agama dan ilmu dunia itu kan harus seimbang. Sehingga terkesan pelajaran agama itu tidak penting
3. Materi pendidikan agama bersifat teori dan kurang mampu untuk dapat membendung fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan nyata. Sebagai contoh maraknya film-film mistik dan takhayul di beberapa TV swasta yang semakin menjamur di Indonesia.
4. Pelajaran agama cenderung bersifat pengajaran bukan pendidikan. Sehingga yang terjadi bukan transformasi ilmu-ilmu agama agar bersifar aplikatif namun cenderung kepada tranfer ilmu yang bersifat teoritis.
Hal inilah yang menyebabkan degradasi moral pelajar dan generasi muda di Indonesia, sehingga mereka kurang mempunyai bekal keagamaan yang tinggi. Sehingga mudah dipengaruhi pengaruh-pengaruh negatif salah satunya kesurupan.
Cara Mencegah Kesurupan
Kesurupan akan selalu menyerang seseorang dan tidak ada yang bisa menyembuhakan kecuali kekuatan dari dalam diri seseorang itu sendiri. Meskipun kita mendatangkan ustadz atau paranormal kondang, itu hanya menyembuhkan sementara dan korban sewaktu-waktu akan dapat terserang kembali. Hanya pagar dan aksi preventif dari inner power yang bisa mengatasi hal tersebut. Ada beberapa langkah agar kita terhindar dari kesurupan:
1. Bekali diri dengan ilmu keagamaan yang tinggi. Karena kondisi pendidikan di Indonesia dirasa kurang maka ikutilah pengajian, les tambahan, ngaji di masjid/madrasah (bagi yang beragama Islam) atau kegiatan keagamaan lainnya bagi pemeluk agama lain.
2. Sibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan selalau berpositif thinking
3. Kurangi MELAMUN dan pikiran kosong karena jika pikiran kosong, jin akan mudah merasuk melalui sel darah kita. Bercerita dan berbagi dengan teman akan permasalahan yang kita hadapi merupakan cara ampuh agar kita tidak dibebani dengan pikiran dan permasalahan yang kita hadapi
4. Kurangi menonton film-film yang bersifat takhayul dan mistik karena akan mendorong imajinasi kita untuk percaya kepada takhayul
5. Bagi yang islam mulailah sesuatu dengan bacaan ta’awuz dan basmalah agar kita terhindar dari godaan setan
6. Selalu mengingat Allah SWT (zikrullah) dimanapun, kapanpun dan apapun yang tengah kita lakukan.
7. Jangan sombong dan takabur.
Semoga dengan tulisan ini, dapat memberikat sedikit kontribusi terhadap permasalahan yang tengah kita hadapai saat ini. Penulis mengharapkan agar kita menghapuskan anggapan bahwa tragedi kesurupan ini adalah bahagian dari strategi agama tertentu untuk pemurtadan; namun kita harus meyakininya bahwa ini adalah suatu teguran dari Allah SWT agar hambanya lebih meningkatkan ibadah. Terlepas musibah ini adalah kutukan atau apapun yang jelas kita harus dapat mengambil hikmah dan ibrah dari kejadian ini sehingga dapat menghidarinya untuk terjadi kembali di masa yang akan datang. Walahuallam.
Comments