Skip to main content

Usia Pensiun Guru Menjadi 70 Tahun, Setujukah?

 


Beberapa hari ini media sosial banyak membincangkan tentang rencana pemerintah untuk memperpanjang usia pensiun guru menjadi 70 Tahun. Alasannya, banyak guru-guru yang usia 60-70 tahun masih produktif, dan tentu jika masih aktif bekerja mereka akan memperoleh penghasilan full sehingga dapat membiayai anak-anaknya yang belum semuanya paripurna hingga lulus kuliah. Namun, rencana pemerintah tersebut menuai pro dan kontra dari beberapa kalangan.

Saya dalam hal ini adalah: 

1. Penurunan Kesehatan dan Energi Fisik

  • Mengajar, terutama di tingkat dasar dan menengah, menuntut energi fisik dan psikis yang tinggi.
  • Seiring bertambahnya usia, kemampuan fisik, daya tahan, dan stamina cenderung menurun, sehingga dikhawatirkan akan mengurangi efektivitas dalam mengajar secara aktif dan kreatif.

2. Tantangan Adaptasi Teknologi

  • Dunia pendidikan saat ini berkembang cepat, terutama dengan integrasi teknologi digital dan metode pembelajaran inovatif.
  • Tidak semua guru berusia lanjut mampu atau mau beradaptasi dengan teknologi dan pedagogi baru seperti blended learning, digital assessment, atau penggunaan AI dalam pendidikan.

3. Menghambat Regenerasi Guru Muda

  • Memperpanjang usia pensiun hingga 70 tahun berisiko menutup peluang bagi lulusan-lulusan baru untuk menjadi guru.
  • Regenerasi yang lambat akan membuat sistem pendidikan stagnan dan tidak segar dalam ide dan pendekatan pembelajaran.

4. Beban Anggaran Negara

  • Guru yang sudah memasuki usia lanjut cenderung berada pada jenjang gaji tertinggi. Mempertahankan mereka lebih lama berarti beban anggaran negara untuk menggaji guru akan meningkat, padahal efektivitas kerja belum tentu sebanding.

5. Keseimbangan Hidup Guru

  • Usia pensiun 60 tahun memberi ruang bagi guru untuk menikmati masa tua dengan lebih berkualitas, berkumpul dengan keluarga, berkontribusi secara sosial di luar profesi formal, atau fokus pada ibadah.
  • Pekerjaan mengajar yang terus berlanjut hingga usia sangat lanjut dapat mengganggu kualitas hidup mereka secara emosional dan spiritual.

6. Masukan dari Praktik Internasional

  • Banyak negara menetapkan usia pensiun guru antara 60-65 tahun. Jarang ada yang sampai 70 tahun, kecuali dalam posisi akademik tertentu (seperti profesor emeritus di perguruan tinggi).
  • Hal ini menunjukkan bahwa praktik internasional juga mengakui pentingnya regenerasi dan batas kemampuan usia lanjut dalam mengajar.

Comments

Popular posts from this blog

The Legend of Jambi Kingdom (Narrative Text)

   Image: https://www.gambarrumah.pro/2012/10/400-gambar-kartun-rumah-adat-jambi.html Once upon a time, there were five villages, Tujuh Koto, Sembilan Koto, Petajin, Muaro Sebo, and Batin Duo Belas. The villagers of those five villages lived peacefully. They helped each other. Soon, the number of villagers grew highly. The villagers thought that they needed a leader to guide them. They wanted to have a king. So, the leaders from the five villages had a meeting. They wanted to set the criteria who could be their king. "Our king should be physically strong," said the leader from Tujuh Koto. "I agree. The king should be able to protect us from the enemies, "said one leader. "Not only that. He should also be well respected by us. So, the king should be strong and have good manners," said the leader from Petajin. "Then, let’s set the criteria. I have a suggestion. The king should be strong from fire. He cannot feel the pain if we burn him," said leade...

The Legend of Jambi (Narrative Text)

                                                    Gambar: http://www.ceritadongenganak.com   Once upon a time, there lived in Sumatra Island a very beautiful girl, Putri Pinang Masak. The girl was also a very kind-hearted person. This made everyone liked her so much. Many youth and princes from other countries desire her to be his wife. Nevertheless, she refused their proposals because she had not wanted to get married yet. One day, there was a very wealthy king, the king of the east kingdom, coming to her village. He proposed to marry her. Putri Pinang Masak was afraid to refuse the king’s proposal although she actually did not love the king, the ugly-faced man, at all. She knew that the king would be very angry and there would ...

The Legend of Putri Cermin Cina: Jambi Folklore (Narrative Text)

Image:  kebuncerita.co.uk Long time ago, there was a kingdom in Jambi that was ruled by a king named Sultan Mambang Matahari. Sultan Mambang Matahari had a son named Tuan Muda Selat and a daughter named Putri Cermin Cina. The son of the king was handsome but he was such a reckless boy while the daughter is beautiful. She had a white skin like a Chinese girl and because of the skin she had then she was call “Putri Cermin Cina”. One day, a well-known merchant visited the kingdom. That merchant name was Tuan Muda Senaning. He and his crews visited the kingdom because they had some trade business. The arrival of Tuan muda Senaning was welcome kindly by the king. The king then welcomed Tuan Muda Senaning with a banquette. Together with his son and his daughter, the king asked Tuan muda Senaning to enjoy the serve. When had their serve, Tuan Muda Senaning looked Putri Cermin Cina and at his first sight, he then felt in love with Putri Muda Cina. Then, he directly expressed what he felt ...