Akhir-akhir
ini media sosial banyak dipenuhi sederet keluhan orang tua, khusunya emak-emak
sebagai imbas dirumahkannya siswa-siswi di Indonesia. Tidak sedikit pula yang
kemudian berterimakasih kepada guru, karena mereka baru meyadari betapa
pentingnya peran guru untuk mendidik putra-putri mereka. Betapa tidak, masih
kurang 14 hari anak sekolah belajar dari rumah, suasana emosi orang tua semakin
hari semakin meningkat. Namun demikian, tidak semua orang tua yang mengeluh,
mereka yang telah memahami peran orang tua di rumah malah menikmati personal
bonding yang kembali tercipta karena Corona. Lalu bagiamana sebenarnya
peran orang tua di rumah? Sehingga meskipun harus work from home, mengurus
rumah, dan dalam waktu yang bersamaan harus menjadi guru di rumah, namun tetap
memberikan peran yang maksimal? Melalui tulisan ini saya ingin berbagi tentang Parental
Involvement, program yang selalu digaungkan di sekolah-sekolah di seluruh
dunia. Saya berharap, tulisan ini dapat membantu orangtua sehingga tidak ada
lagi keluhan tetang susahnya menjadi guru di rumah.
Peran
Orangtua atau penyertaan orang atau dalam bahasa Inggris disebut parental
involvement telah terbukti menjadi salah satu yang mempunyai peran efektif
dalam meningkatkan prestasi siswa, memperbaiki tingkah laku siswa, dan
meningkatkan angka kelususan sekolah (Khalifa, 2010, Epstein, 2009, &
Noguera, 2004). Saya sangat setuju, karena dibanding peningkatan mutu guru, dan
peningkatan kualitas infrasturktur, peningkatkan peran aktif orang tua di
sekolah relatif tidak menyerap banyak anggaran pendidikan. Akan tetapi, meski
murah, efek yang didapat sangat signifikan untuk keberhasilan perserta didik.
Epstein
(2009) membuat enam bentuk penyertaan orang tua (parental involvement
framework) pada pendidikan anak di sekolah: Volunteering (menjadi
tenaga sukarelawan di sekolah), Learning at home (membantu balajar siswa
di rumah), Parenting, Communicating (komunikasi dua arah: rumah-sekolah),
Decision making (turut serta dalam membuat keputusan sekolah, jika
perlu), dan Collaborating with the community (bekerja sama dengan
masyarakat). Enam kerangka penyertaan orangtua ini menjadi rujukan pada
sekolah-sekolah baik di Amerika maupun Eropa hingga saat ini.
Dari
ke-enam model di atas, ada dua jenis peranan orangtua yang harus benar-benar
diaktifkan di masa Covid-19 seperti saat ini, yakni learning at home dan
parenting. Learning at home intinya adalah bagaiamana orangtua (termasuk di
dalamnya: ibu, bapak, kakak, nenek, kakek, serta paman tau bibi) dapat
memberikan bantuan kepada siswa-siswi ketika berada di rumah terkait pekerjaan
rumah (PR), projek, atau sekedar untuk mempersiapkan materi yang akan
dipelajari esok harinya. Sementara parenting adalah bentuk pengasuhan orang tua
pada anak yang meliputi memberi makan, memberi bekal kehidupan, memberi
perlindungan, dan mencukupi kebutuhan anak.
Keluhan
orangtua yang bersliweran di media sosial kemungkinan besar, karena orang tua
belum begitu mengaktifkan dan mengefektifkan perannya pada aspek learning at
home dan parenting. Saya yakin, ketika orang tua sudah memahami
peran dan fungsinya, insya Alloh meski tidak menikmati, minimal tidak lagi
mengeluhkan putra-putrinya yang harus belajar dari rumah. Ada beberapa tips
yang dapat Bapak Ibu lakukan, agar masa-masa Corona virus ini dapat dilalui
dengan baik dan efektif, serta tidak menimbulkan keluhan mendalam bagi orangtua
khususnya emak-emak.
Memberi Pengertian Pada
Anak
Tips
yang pertama adalah, memberi pengertian pada anak bahwa ketika mereka tidak
sekolah saat ini, bukan berarti mereka liburan. Akan tetapi, saat ini mereka
sedang melakukan sekolah tetapi dari rumah. Memang masing-masing orangtua
mempunyai cara masing-masing untuk proses pemahaman. Karena beda usia beda
pendekatan, beda karakter anak beda pula pendekatan. Untuk urusan ini,
Bapak/Ibu sendiri yang lebih memahami bagaimana berkomunikasi dengan buah hati
masing-masing.
Menciptakan Susasana
Menyengkan di Rumah
Banyak sekali kasus ditemukan bahwa anak tidak betah
belajar di rumah, dikarenakan susasana di rumah kurang kondusif. Bapak dan Ibu
mereka terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing. Corona ini memberi
kesempatan bagi orangtua untuk memperbaiki kondisi komunikasi di rumah yang
selama ini kurang efektif. Bangun kembali aktifitas kebersamaan dari hal-hal
kecil, misalnya mengepel lantai bersama-sama, atau masak di dapur bersama-sama,
menonton TV bersama-sama, serta aktifitas lain yang membuat anak merasa betah
berlama-lama di rumah.
Cara lain yang dapat dipraktekkan adalah dengan membuat
kesepakatan tentang aturan main selama masa Karantina di rumah. Tentu aturan
main ini harus dibuat dan disepakati bersama oleh orangtua dan anak. Kesepakan
ini mengatur kapan berapa lama boleh bermain gadget, berapa lama harus belajar
online, termasuk di dalamnya boleh disepakati pembagian tugas rumah tangga
semisal menyapu lantai, mencuci piring, membuang sampah, dll. Ketika anak telah
mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing, dan mereka yang membuat dan
menyetujui, insha Allah akan terjadi kerjasama efektif yang akhirnya
menumbulkan suasana kondusif di rumah.
Susasana
menyenangkan ini juga dapat terwujud apabila orangtua memenuhi semua kebutuhan
anak-anaknya mulai dari makanan, asupan gizi, kenyamanan dan kebersihan rumah,
sampai pada resources pembelajaran: buku, akses internet,
laptop/handphone, dan kebutuhan lain yang dianggap perlu.
Buat Jadwal yang Disepakati Bersama
Langkah kongkrit yang perlu diaplikasikan adalah dengan membuat jadwal harian yang tentunya dibuat dan disepakati oleh kedua belah pihak. Berikut adalah contoh jadwal yang dapat dijadikan sebangai standard:
Langkah kongkrit yang perlu diaplikasikan adalah dengan membuat jadwal harian yang tentunya dibuat dan disepakati oleh kedua belah pihak. Berikut adalah contoh jadwal yang dapat dijadikan sebangai standard:
5.30 ayah,
ibu, anak bekerja sama merapikan rumah dan menyiapkan sarapan. 7.00 sarapan
bersama. 8.00-10.00 Ayah/Ibu bersama-sama anak mengerjakan
tugas-tugas sekolah, atau jika tidak ada tugas sekolah, mempelajari materi yang
sudah dan akan dipelajari. Orang tua dapat juga menjadi fasilitator diskusi,
membantu mengerjakan projek sekolah, membuat game-game pembelajaran. Orang tua
dapat juga meminta anak untuk mengajari apa-apa saja yang telah mereka pahami
disekolah. 10.00-12.00 Giliran orang tua mengerjakan pekerjaan
kantor, membuat laporan. Rentang waktu ini, anak diberi kelonggaran waktu untuk
belajar mandiri, atau membaca buku. 12.00-13.00 Orang tua dan
anak bekerja sama untuk mempersiapkan makan siang dan persiapan solat Zuhur. 13.00-14.00
Orang tua mengecek pekerjaan kantor, jika perlu tambahan waktu bisa dilakukan
pada rentang waktu ini. Pada rentang waktu ini, orang tua juga diharapkan
mengecek pekerjaan anak, mengevaluasi, dan refleksi. Anak dapat menyalurkan
kretifitas misal: bermain musik, menulis cerpen, menggambar, melukis, bermain
game, atau menonton film dokumenter. 14.00-15.00 istirahat siang.
15.00-16.00 Bersantai dengan keluarga dan solat Ashar. 16.00-17.00
Aktifitas keluarga, jika masih di rasa aman, boleh berolahraga di luar rumah.
Jika tidak mungkin bisa melakukan olahraga dan aktifitas fun lainnya di dalam rumah.
17.00-18.30 aktifitas pribadi, dan persiapan makan malam dan
solat Maghrib. 18.30-22.00 makan malam dan menonton TV bersama,
atau membaca buku bersama, melakukan kajian rutin bersama, atau kegiatan lain
yang dapat meningkatkan bonding dengan keluarga.
Template
kegiatan harian ini tentunya hanya sebagai contoh. Orangtua dan anak dapat
memodifikasi sesuai dengan kondisi masing-masing.
Diskusikan Do and Don’t dan Membuat Target
Harian
Kegiatan
yang tak kalah pentingnya adalah membuat Do and Don’ts serta target harian yang
dibuat dan disepakati bersama, dan kemudian ditempel di dinding di mana semua
anggota keluarga dapat melihatnya. Kesepakatan untuk apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan serta target harian ini sangat penting, untuk memberikan
reminder kepada setiap individu yang mulai meluapakan tugas dan
tanggungjawabnya. Aturan ini juga penting untuk menjaga agar program sekolah di
rumah ini tetap berjalan pada koridornya.
Saya sangat
berharap, sumbangsi kecil tulisan ini dapat membantu orangtua sebagai referensi
agar mereka tidak kewalahan dalam menjalankan fungsinya sebagai guru di rumah.
Semoga bencana Corona ini cepat berlalu, sehingga orangtua dan anak-anak dapat
menjalankan aktifitas masing-masing secara normal.
Sebelum
mengakhiri tulisan ini, ijinkan saya mengucapkan bela sungkawa yang
sedalam-dalamnya atas mereka yang telah gugur melawan virus Corona. Juga,
apresiasi setinggi-tingginya kepada tim medis yang berjuang tiada mengenal
lelah, gagah berani berada di garda terdepan meskipun nyawa taruhannya. Tentu
juga applaud dan salute kepada mereka yang taat pada intruksi
pemerintah dan pimpinan tinggi agama untuk tetap berdiam diri di rumah kecuali
urusan yang sangat penting. Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Esa segera memberikan
keajaiban dengan manarik dan melenyapkan virus Corona dari muka Bumi, aamiin.
*Penulis adalah Pendidik
Direktur Batanghari Foundation
dan Education Leadership Specialist, Alpha-I
(Asosiai Alumni Program Beasiswa Amerika-Indonesia)
Tulisan ini telah dimuat di Media Online Kabar Jambi: https://www.sr28jambinews.com/?/baca/41763/Peran-Orangtua-di-Tengah-Virus-Corona#.XnyxWWBx2M8
Comments