Skip to main content

Blog Internet dan Kreatifitas Menulis Siswa

Blog Internet dan Kreatifitas Menulis Siswa
Dion Eprijum Ginanto, S.Pd *

Tak dapat dipungikri bahwa kemajuan teknologi dan informasi telah menjadi suatu yang harus dihadapi dan disiasati agar seluruh generasi bangsa dapat bertahan dan mengikuti perkembangan jaman. Karena kunci dari kemajuan bangsa adalah terletak pada penguasaan teknologi dan informasi. Sekaya apapun suatu negara namun mereka tidak memahami teknologi dan inforamsi maka negara tersebut tak akan bertahan lama dan lambat laun akan terlindas oleh jaman.
Pemerintah Indonesia mulai membenahi sistem pendidikan; di antaranya dengan mewajibkan Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk dapat dipelajari mulai dari bangku SLTP. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang mendukung program KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diberlakukan di sekolah. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran TIK di KTSP pada tingkat SMP adalah siswa diharapkan mampu memahami penggunaan TIK dan prospeknya di masa datang, menguasai dasar-dasar keterampilan komputer, menggunakan perangkat pengolah kata dan pengolah angka untuk menghasilkan dokumen sederhana, memahami prinsip dasar internet/intranet dan menggunakannya untuk memperoleh informasi. Salah satu materi yang diberikan pada pelajaran TIK adalah internet.
Dengan penguasaan internet sejak berada di bangku sekolah, akan membiasakan siswa untuk selalu mengupdate data dan informasi dari belahan dunia dengan efekitif dan terkini. Kemajuan teknologi pasti membawa dampak positif dan negatif, namun demikian banyak sekali segi positif yang dapat diambil dari penguasaan internet. Di antaranya adalah kita dapat dengan mudah dan cepat mengakses dan mengup-load (menerbitkan/menyampaikan) informasi. Untuk dapat mengakses dan mendownload informasi itu dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas search engine seperti google, yahoo, altavista, apple, dll, hal ini biasa dilakukan. Namun kita juga harus menguasai cara mengupload hasil karya kita sendiri agar bisa dinikmati dan dikomentari oleh seluruh masyarakat dunia. Salah satu cara yang mudah dan gratis dalam menerbitkan hasil karya kita (tulisan, ulasan, opini, cerita, dll) di internet adalah dengan menggunakan blog.

Apa itu Blog

Wijaya (2008) memberikan pengertian bahwa blog adalah tempat di mana kita dapat menciptakan, memberikan informasi dan berkomunikasi antar sesama kita di seluruh dunia. Blog adalah situs web yang mudah digunakan, di mana kita dapat dengan cepat memposting pemikiran kita sendiri, berinteraksi dengan orang lain, dan banyak lagi.
Blog merupakan fasilitas yang dapat dimanfaatkan seseorang yang kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan teknologi informasi dengan tujuan untuk memberikan informasi, komentar dan saran pada semua pengguna blog di seluruh dunia. Kemajuan terknologi seperti saat ini membawa dampak sangat positif karena kita dapat menerbitkan tulisan sendiri secara gratis melalui dunia maya dan tentunya akan dapat diakses oleh khalayak umum. Blog dapat dijadikan sebagai sarana latihan agar dapat mebiasakan diri menulis sehingga kelak dapat memberikan motivasi kita untuk menerbitkan hasil karya dalam bentuk yang lebih besar seperti artikel koran, jurnal dan bahkan buku. Atau mungkin blog dapat dijadikan sebagai pelampiasan bagi kita yang sering menulis dan dikirim ke koran atau pada penerbit namun selalu ditolak, maka blog adalah bentuk pelampiasan yang paling tepat. Karena mungkin saja ada penerbit yang dengan tidak sengaja membaca tulisan kita di internet dan kemudian tertarik sehingga pada akhirnya tulisan kita diterbitkan.
Blog merupakan sarana ampuh untuk dapat merangsang minat menlis siswa. Fenomena pendidikan selama ini adalah bahwa siswa dibiasakan untuk memperoleh informasi, dihafal/dipahamai dan kemudian akan muncul di ujian. Pendekatan pembelajaran seperti ini akan menimbulkan siswa cenderung pasif dan akan selalu menjadi penunggu akan ilmu dan informasi. Pendekatan seperti ini lazim disebut Teacher Centered. Paradigma pendidikan selama ini harus dapat diubah untuk bukan hanya membuat siswa sebagai pemeroleh ilmu/informasi namun lebih kepada untuk dapat membuat informasi dan tambahan ilmu untuk kemudian diterbitkan dan diberikan kepada khalayak ramai. Tidak heran jika mental bangsa Indonesia saat ini adalah mental peniru bukan mental inovatif produktif. Salah satu cara untuk memotivasi siswa untuk menciptakan ranah ilmu baru adalah dengan menulis, karena dengan menulis kita dapat merekam hasil karya kita yang luar biasa untuk dapat dibaca oleh orang lain.

Meningkatkan Budaya Menulis

Semboyan kita selama ini adalah ”Membaca Membuka Jendela Dunia”. Semboyan ini sangat positif dan dapat memotivasi siswa untuk membaca. Tapi sadarkah kita apabila yang dibangkitkan dari otak kita adalah menerima saja maka tak kan ada mental kita untuk membuat tulisan untuk dibaca orang. Sehingga buku yang kita baca kebanyakan berasal dari luar negeri atau hasil pemikiran orang lain yang sudah terlebih dahulu membudayakan budaya menulis bukan hanya sekedar budaya membaca. Terbayangkah kita suatu saat nanti tidak akan ada lagi buku, karena tak ada lagi orang yang mempunyai mental untuk menulis, karena mereka hanya mempunyai mental membaca.
Fakta yang terjadi di sekolah saat ini adalah:
1. Ada Majalah dinding (Mading) tapi tidak pernah diisi oleh tulisan siswa, kalaupun terisi itu didapat dari klipping hasil tulisan orang lain. Yang lebih ironis mading tidak pernah disentuh dan dikelola oleh siswa.
2. Pihak sekolah memfasilitasi untuk membuat majalah/tabloid sekolah, namun hanya bertahan paling lama satu bulan, karena kekurangan siswa kreatif untuk mengeloala dan mengisi tulisan dalam majalah.
3. Siswa sangat pintar memberiakan komentar secara lisan, namun akan sangat kesulitan dan sangat membenci pelajaran mengarang/menulis.
4. Kolom artikel yang disediakan koran/majalah untuk disisi oleh siswa hanya mampu dimanfaatkan oleh segelintir siswa dan hanya siswa itu-itu saja.
5. Masih banyak fakta-fakta di sekolah yang intinya adalah siswa belum termotivasi untuk menulis.
Tentu timbul pertanyaan ada apa dengan pendidiakan selama ini. Apakah guru yang salah, kepala sekolah yang kurang tegaskah, mentri pendidikan yang kurang cekatankah atau siswa yang malas? Dr. Wina Sanjaya dalam Wijaya (2008) menuliskan dalam bukunya bahwa, masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas hanya diarahkan kepada proses kemampuan anak menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupannya sehar-hari. Akibatnya ketika mereka lulus, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi miskin aplikasi.
Oleh karena itu diperlukan inovasi baru dalam memotivasi siswa dalam menulis. Salah satu cara yang dirasa efektif di era globalisasi saat ini adalah dengan menggunakan Blog. Adapun keuntungan menulis di blog sendiri adalah sebgai berikut:
a. Murah
Menulis dan dapat dibaca oleh orang diseluruh dunia akan membutuhkan banyak uang apabila harus diterbitan menjadi buku atau di terbitkan di website resmi. Namun dengan membuat blog yang gratis, kita hanya butuh biaya sekitar 3000 rupiah (biaya rental internet satu jam) untuk memposting tulisan. Hal ini tentunya tidak begitu memberatkan siswa.
b. Cepat
Proses pembuatan blog juga terbilang sangat mudah, lebih mudah dari sekedar membuat e_mail. Kita tinggal klik www.blogspot.com atau multiply.com atau sarana blog yang lain (bisa juga minta bantuan google untuk mencari blog gratis) kemudian kita membuat account kita sendiri, proses ini hanya memakan waktu kurang dari satu jam. Apabila kita sudah berhasil membuat blog, langkah selanjutnya tinggal memasukkan tulisan yang tentunya bisa di up date setiap hari.
c. Efisien karena dapat dibaca oleh masyarakat dunia
Dengan membuat tulisan di blog, maka setiap orang bisa mengkases tulisan kita tanpa harus bersusah payah. Tentunya hal ini sangat efisien bila dibandingkan dengan sarana yang lain.


d. Merangsang siswa untuk terus terpacu menguasai teknologi
Sekali siswa berhasil memposting tulisan di blog, maka ada kepuasan yang luar biasa pada diri siswa. Apalagi jika tulisan itu mendapat komentar dari orang yang tidak dikenalnya, maka ia akan terus terangsang untuk memperbaiki tulisannya dan tentunya terangsang untuk terus memperbaiki kulitas blog yang notabebene sebagai hasil dari teknologi.

Kondisi siswa di Kota Jambi

Tentu timbul pertanyaan apakah mungkin siswa diajarkan blog sedangkan di sekolah tidak ada fasilitas internet. Fasilitas internet bukanlah kendala namun bisa dijadikan peluang. Karena saat ini untuk menghubungkan komputer dengan internet semakin mudah; dengan jaringan telephone, broad band/wireless/modem, Hand Phone dengan segala kartu (Indosat, Telkomsel, XL, dll ), Speedy. Semua itu dapat diakses dengan harga yang relatif murah. Bisa saja kepala sekolah mengususlkan kepada pemerintah daerah untuk memberikan fasilitas HOT SPOT di sekolah atau fasilitas internet, karena pelajaran TIK (yang didalamnya ada materi penguasaan internet) merupakan mata pelajaran wajib sehingga pemerintah harus mendukungnya. Apabila belum bisa, cukup adakan lomba membuat blog yang didalamanya ada artikel, dengan hadiah yang besar maka pasti siswa akan termotivasi untuk membuat blog (tentunya harus diajari terlebih dahulu cara membuat blog). Karena fakta saat ini adalah mayoritas siswa di Kota jambi (SMP-SMA) sudah mengenal dan mampu mengaplikasian internet.
Semoga tulisan ini bukan hanya sekedar impian saya belaka, namun dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk guru TIK, siswa, kepala sekolah dan pihak lain agar ke depan siswa di Jambi mampu bersaing dengan siswa propinsi lain dalam hal teknologi dan budaya menulisnya. Tidak menutup kemungkinan akan lahir blogger-blogger muda Jambi yang mampu menuangkan tulisannya untuk dapat diakses oleh orang banyak seluruh Indonesia dan bahkan dunia. Amin.

* Adalah Staf Pengajar di SDIT AL-AZHAR sekarang tengah Mengambil Prgram Master di University Putra Malaysia (UPM)

Comments

Popular posts from this blog

Sampling

This slides provide you:  1. the definition of sampling  2. sampling frame 3. determining the size of your sample  4. sampling procedure (Probability and non-probability)  Please follow/download the link for the Power Point Slides

The Legend of Jambi Kingdom (Narrative Text)

   Image: https://www.gambarrumah.pro/2012/10/400-gambar-kartun-rumah-adat-jambi.html Once upon a time, there were five villages, Tujuh Koto, Sembilan Koto, Petajin, Muaro Sebo, and Batin Duo Belas. The villagers of those five villages lived peacefully. They helped each other. Soon, the number of villagers grew highly. The villagers thought that they needed a leader to guide them. They wanted to have a king. So, the leaders from the five villages had a meeting. They wanted to set the criteria who could be their king. "Our king should be physically strong," said the leader from Tujuh Koto. "I agree. The king should be able to protect us from the enemies, "said one leader. "Not only that. He should also be well respected by us. So, the king should be strong and have good manners," said the leader from Petajin. "Then, let’s set the criteria. I have a suggestion. The king should be strong from fire. He cannot feel the pain if we burn him," said leade...

The Legend of Jambi (Narrative Text)

                                                    Gambar: http://www.ceritadongenganak.com   Once upon a time, there lived in Sumatra Island a very beautiful girl, Putri Pinang Masak. The girl was also a very kind-hearted person. This made everyone liked her so much. Many youth and princes from other countries desire her to be his wife. Nevertheless, she refused their proposals because she had not wanted to get married yet. One day, there was a very wealthy king, the king of the east kingdom, coming to her village. He proposed to marry her. Putri Pinang Masak was afraid to refuse the king’s proposal although she actually did not love the king, the ugly-faced man, at all. She knew that the king would be very angry and there would ...